21 Mrt. 2013

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER BAGI OLAHRAGAWAN USIA DINI


Print E-mail

Kamis 21 Maret 2013
Posted By : Rina Catur Kristyana

Dewasa ini pendidikan karakter sangat gencar didengungkan di setiap ranah Pendidikan. Tentu semua ini tidak lepas dari kondisi bangsa yang saat ini bisa dikatakan mengalami “KRISIS MORAL”. Pendidikan karakter ini bertujuan untuk membentuk manusia seutuhnya, manusia yang berkepribadian unggul. Sesuai dengan amanat konstitusi :
· UU No. 20 Th. 2003 : “Manusia yang beriman, berakhlak mulia, sehat, cakap, kreatif, mandiri dan warga Negara yang demokratis”.
· Menekankan olah hati, olah pikir, olah rasa, olah raga ( IQ, EQ, SQ )
Sedangkan kondisi lapangan yang terjadi adalah :
· Penekanan intelektual
· Erosi budi pekerti dan perilaku baik
· Solidaritas kesetiakawanan rendah
· Anak hafal tapi tidak paham
· Baik secara intelektual, gagal dalam kehidupan masyarakat
Harapan dengan adanya Pendidikan Karakter ini, krisis moral bangsa ini dapat berkurang bahkan kalau bisa tidak ada lagi yang namanya krisis moral. Dengan kata lain dapat kembali ke nilai-nilai budaya bangsa atau kepribadian bangsa. Sehingga terwujudnya bangsa dengan karacter yang positif atau unggul dapat terealisasi.
Disini saya mencoba membahas tentang pentingnya pendidikan karakter bagi olahragawan usia dini.
Ternyata krisis moral tidak hanya terjadi dilinkungan instansi-instansi pemerintahan atau sebuah perusahaan bahkan saat ini dunia olahragapun juga telah merasakan dampak dari sebuah krisis moral. Semua ini dapat kita lihat dengan semakin banyaknya para atlit kita yang kedapatan sedang memakai doping atau obat-obatan terlarang lainya ( Narkoba) dalam meningkatkan prestasinya. Tidak sedikit juga para atlit kita terlibat dalam sebuah aksi anarki disebuah pertandingan, antara lain : tawuran antar pemain, pemukulan terhadap pengadil lapangan,dll. Bahkan mereka tidak tanggung-tanggung melakukannya disaat sedang ditonton oleh jutaan orang. Sungguh miris jika hal itu terus menerus terjadi. Mungkin ini juga bisa menjadi pukulan yang telak bagi dunia olahraga yang notabenenya menjunjung tinggi nilai sportifitas dan fair play. Tentu kita akan bertanya dalam hati siapa yang salah dalam hal ini? Pelatih? Atlit? Atau sang pengadil dalam lapangan? Dan tentunya juga kita tidak akan mencari kambing hitam dalam masalah diatas, mungkin alangkah baiknya kalau kita duduk bersama dan mencari solusinya. Disini saya akan menyoroti peran seorang guru penjas dan para pelatih olahragawan usia dini, karena bagi kebanyakan anak, pengalaman pertamanya dalam aktivitas olahraga ditangani oleh pelatih yang belum berpengalaman atau bahkan seseorang yang profesinya bukan pelatih. Walaupun orang-orang tersebut menguasai tehnik olahraga yang dilatihnya, namun jarang sekali dari mereka yang telah mengikuti pelatihan formal dalam menciptakan lingkungan psikososial yang sehat bagi olahragawan usia dini. Dikhawatirkan, para pelatih ini hanya mengejar kemenangan, dimana hal ini sangat tidak mendidik dalam konteks olahraga rekreasi dan mengasah ketrampilan bagi olahragawan usia dini.
Disamping itu tentunya kita semua tahu bahwa semua proses diawali dari hal yang paling kecil dan saya rasa pendidkan karakter olahragawan usia dinilah yang cocok untuk saya bahas. Dan semua ini tidak lepas dari partisipasi olahragawan usia dini di dalam bidang olahraga. Terbukti dengan semakin banyaknya klub-klub olahraga yang dibuka atau sekolah-sekolah sepakbola bagi anak usia dasar. Dalam institusi pendidikan pun semakin diperhatikan sarana dan prasarana kompetisi olahraga bahkan sampai dengan kompetisi olahraga usia dini tingkat nasional.
Olahraga usia dini adalah olahraga yang dilakukan oleh anak-anak usia sekolah dasar, yaitu usia 6 sampai dengan 12 tahun. Bentuk-bentuk aktifitas fisik atau olahraga anak umumnya disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan anak, khususnya aspek biologis dan psikososialnya. Dilihat dari aspek biologis, olahraga anak usia dini masih dalam taraf mengembangkan aspek-aspek kebugaran jasmani ( menguatkan jantung, tulang dan otot ) serta merangsang tumbuh kembang anak secara optimal. Olahraga anak usia dini selayaknya dikemas menjadi suatu permainan olahraga yang selain mengembangkan aspek-aspek tersebut juga mengembangkan aspek psikososial, yaitu mengembangkan nilai-nilai diri anak secara positif, menuju pembangunan karakter yang sportif, dinamis, kreatif, penuh toleransi, jujur, dan bertanggung jawab.
Konsep “Nation and Character Building” melalui Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan sebagai konsep dasar pembentukan karakter anak bertumpu pada pemberdayaan anak melalui jalur pendidikan atau kegiatan olahraga disekolah.
Pembentukan karakter dalam pembelajaran penjasorkes ini antara lain :
· Pembentukan fisik yang sehat, bugar, tangguh, unggul dan berdaya saing
· Pembentukan mental berupa sportifitas, demokratis, toleran dan disiplin
· Pembentukan moral menjadi lebih tanggap, peka, jujur dan tulus
· Pembentukan kemampuan social, yaitu mampu bersaing, bekerjasama, berdisiplin, bersahabat, dan berkebangsaan
Dari uraian diatas dapat kita simpulkan betapa pentingnya sebuah pendidikan karakter bagi olahragawan usia dini. Dengan pendidikan karakter yang baik bagi olahragawan usia dini diharapkan kelak akan bermunculan atlit-atlit yang unggul dalam segala hal. Seperti motto yang sering kita dengar yaitu “PRESTASI YES! NARKOBA NO!”. Tanpa adanya pendidikan karakter yang baik sepertinya mustahil motto diatas dapat tercapai dalam implementasi kehidupan berolahraga sehari-hari. Dengan kata lain “Tumbuhkan karakter yang positif pada diri olahragawan usia dini, niscaya kelak mereka akan jadi atlit-atlit yang tidak hanya berorientasi prestasi tetapi juga berbudi pekerti yang luhur”.
Oleh karena itu perlu di ingat baik-baik oleh seorang guru penjas atau pelatih olahragawan usia dini dalam pencarian “bibit olahragawan” merupakan suatu “proses” yang panjang, tidaklah instan sifatnya. Dalam pembinaan olahraga usia dini, guru penjas atau pelatih olahragawan usia dini selayaknya memegang teguh prinsip-prinsip antara lain:
· Aktifitas fisik dan aktifitas olahraga bertujuan mendidik anak disamping untuk memelihara kesehatan atau kebugaran anak, tetapi juga meningkatkan kemampuan atau ketrampilan gerak, kematangan pribadi dan karakter sampai akhirnya menuju pencapaian prestasi tertentu
· Situasi kompetisi yang sangat disenangi oleh anak-anak,hendaknya disikapi oleh guru atau pelatih secara bijak atau adil. Suasana kegembiraan dalam berolahraga lebih penting dan tidak selayaknya mendorong anak untuk bersikap “mencari kemenangan dengan segala cara”.
Nah, sudah saatnya para guru penjas atau pelatih olahragawan usia dini untuk merubah mindset (pola pikir) untuk lebih menekankan karakter positif olahragawan atau anak didiknya dengan harapan anak didiknya kelak dapat meraih prestasinya dengan nilai-nilai karakter yang baik.
AMIN……………………..
Andrean Agung Trimulya, S.Pd
RSDN Bertaraf Internasional Tlogowaru Malang

0 komentar:

Plaas 'n opmerking